Purbaya dan Luhut. (INT)
Pegiat media sosial, Jhon Sitorus, merespons pernyataan Hasan Nasbi, yang sempat menyinggung soal jasa besar Presiden ke-7 Jokowi dan Luhut Binsar Pandjaitan terhadap karier Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Dikatakan Jhon, logika seperti yang disampaikan Hasan justru berbahaya dan membuat bangsa ini mundur.
"Masa alasan berjasa membangun bangsa lantas ketika korupsi dimaafkan saja?," ujar Jhon kepada fajar.co.id (31/10/2025).
"Soeharto juga punya jasa membangun bangsa, tapi karena KKN dilengserkan,” tambahnya.
Ia menegaskan, cara berpikir seperti itu hanya akan membawa Indonesia kembali ke era pembenaran kekuasaan tanpa akuntabilitas.
"Logika seperti Hasan Nasbi ini yang membuat bangsa ini terbelakang,” ucapnya.
Lebih jauh, Jhon mengingatkan bahwa hubungan pribadi dan urusan negara tidak boleh dicampuradukkan.
“Kalaupun Jokowi dan Luhut berjasa untuk Purbaya, bukan berarti Purbaya harus memuji-muji Jokowi dan Luhut ketika salah,” tegasnya.
Ia juga menyinggung sikap Purbaya yang dianggap tidak ingin membantu Jokowi dan Luhut terkait isu utang Kereta Cepat atau Whoosh.
“Termul-termul inginnya Purbaya membantu Jokowi dan Luhut soal Whoosh atau utang negara? Jangan urusan pribadi dibawa ke urusan negara,” cetusnya.
Jhon bilang, kesuksesan Purbaya tidak seharusnya dikaitkan dengan siapa pun, melainkan dengan kinerja dan integritasnya sendiri.
“Lagipula yang membuat Purbaya melejit bukan Jokowi, bukan Luhut tapi karakter dan kinerjanya sendiri,” tandasnya.
Tak ketinggalan, ia juga menyindir Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang menurutnya justru gagal menunjukkan performa meski telah mendapat banyak dukungan.
"Lihat noh Gibran, udah didorong-dorong tapi ga perform karena kepalanya kosong,” kuncinya.
Sebelumnya, Hasan Nasbi berbicara blak-blakan mengenai Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa.
Hasan menyinggung perjalanan karier Purbaya yang dinilai naik cepat tanpa proses panjang seperti tokoh-tokoh pemerintahan lainnya.
“Itu Menteri Keuangan (Purbaya) dulu Kepala LPS dilantik oleh Pak Jokowi,” ujar Hasan dalam videonya yang beredar luas di media sosial (28/10/2025).
Hasan menambahkan, Purbaya sebelumnya juga pernah menjadi staf di bawah Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
“Jadi staff aja ngikut Pak Luhut, bertahun-tahun dari KSP malah gitu,” ucapnya.
Ia menyebut perjalanan karier Purbaya dari satu jabatan ke jabatan lain sebagai deportasi politik.
“Deportir, dari KSP ke Menko Marine Fest, udah ada jenis,” sindirnya.
Kata Hasan, tidak ada sosok hebat yang muncul tiba-tiba tanpa melalui proses panjang.
“Jadi kalau kita apa, mau mutu sejarah atau apa gitu? Kan nggak ada orang tiba-tiba turun dari langit kemudian jadi hebat gitu loh,” imbuhnya.
Hasan bilang, orang-orang yang pantas duduk di pemerintahan seharusnya adalah mereka yang tumbuh melalui proses panjang dan pengalaman yang teruji.
“Orang hebat-hebat yang bisa masuk pemerintahan itu kan orang yang berproses panjang gitu. Kan nggak ada tiba-tiba muncul dari perut bumi ini hebat, ini kan nggak ada,” kuncinya.
(Muhsin/fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR

Posting Komentar
Posting Komentar