Nama Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa kini tengah menjadi sorotan publik, tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga di ranah politik nasional.
Popularitasnya yang meroket di media sosial dan pemberitaan arus utama membuat berbagai kalangan mulai menaruh perhatian.
Salah satunya datang dari Partai Amanat Nasional (PAN), yang secara terbuka mengakui ketertarikan terhadap sosok Purbaya.
Namun, di tengah gempuran rumor politik, sang bendahara negara menegaskan posisinya.
Purbaya dengan nada halus namun tegas menyampaikan bahwa dirinya tidak tertarik untuk berpolitik.
“Saya gak tertarik politik, saya ingin kerja untuk menteri,” ujarnya saat ditemui wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Jawaban tersebut menjadi titik jelas bahwa dirinya memilih tetap fokus menjalankan peran utamanya sebagai Menkeu, yaitu menjaga stabilitas keuangan negara dan mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional.
PAN Kagum
Ketertarikan PAN terhadap Purbaya bukan tanpa alasan.
Eddy Soeparno, Wakil Ketua Umum PAN sekaligus Wakil Ketua MPR RI, menyebut bahwa popularitas Menkeu Purbaya kini melampaui tokoh-tokoh politik ternama, termasuk Kang Dedi Mulyadi (KDM), Gubernur Jawa Barat yang selama ini dikenal kuat secara publik.
“Saya melihat Pak Purbaya sekarang ini sedang menjadi media darling. Bahkan, sudah melampaui popularitasnya di atas KDM yang sebelumnya kokoh berada di tangga media darling-nya publik,” kata Eddy di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta.
Istilah media darling sendiri mengacu pada seseorang atau organisasi yang menjadi “kesayangan media” — artinya sosok tersebut sering mendapat liputan positif karena dianggap menarik, inspiratif, atau memiliki nilai berita yang tinggi.
Dalam konteks ini, Purbaya dianggap berhasil menarik simpati publik berkat gaya komunikasinya yang terbuka dan kebijakan ekonomi yang dinilai tegas namun berpihak pada rakyat.
Kendati demikian, Eddy menekankan bahwa popularitas bukanlah satu-satunya ukuran penting.
“Oleh karena itu, saya melihat ya popularitasnya tinggi, tetapi tentu kan masyarakat juga menunggu kinerja,” tegasnya.
Ia pun berharap Purbaya mampu merealisasikan visi ekonomi Presiden Prabowo Subianto, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8 persen pada 2028.
Purbaya Punya Elektabilitas Tinggi
Survei terbaru dari IndexPolitica Indonesia memperkuat pandangan publik terhadap meningkatnya reputasi Purbaya.
Dalam survei bertajuk “Menakar Persepsi Masyarakat Terkait Isu Politik Menuju Pemilu 2029” yang dilakukan pada 1–10 Oktober 2025, elektabilitas Menkeu Purbaya sebagai calon wakil presiden (Cawapres) 2029 mencapai 28,65 persen.
Angka tersebut mengungguli beberapa tokoh populer seperti Dedi Mulyadi (20,15 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (15,75 persen), dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (12,35 persen).
Survei ini melibatkan 1.610 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error sekitar ±1,6 persen.
Hasil itu menunjukkan bahwa kiprah Purbaya dalam kabinet benar-benar mendapat perhatian masyarakat.
Namun, seperti yang ditegaskannya sendiri, ia lebih memilih tetap profesional di bidang keuangan ketimbang mengejar karier politik.
“Saya nggak tertarik politik, Mas,” tegasnya saat kembali ditanya wartawan tentang peluang dirinya masuk politik.
Pengamat: Kalau Gabung Partai, Citra Bisa Turun
Menanggapi kabar bahwa PAN berusaha merekrut Purbaya, Kunto Adi Wibowo, pakar komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), memberikan pandangan yang lebih mendalam.
Menurutnya, jika Purbaya menerima tawaran partai politik, reputasi positif yang kini ia miliki bisa menurun drastis.
“Ketika Pak Purbaya kemudian dipinang oleh partai politik dan dia mau, sangat mungkin semua citra yang sudah dibangun oleh Pak Purbaya dalam 1 bulan ini akan turun,” ujar Kunto dalam tayangan YouTube Kompas TV, Jumat (31/10/2025).
Menurut Kunto, publik bisa saja menilai segala kebijakan dan pernyataan Purbaya semata-mata bermuatan politik, bukan lagi demi kepentingan rakyat. Ia bahkan memperingatkan bahwa langkah semacam itu juga bisa merugikan partai politik yang merekrutnya.
“Karena orang akhirnya oh ternyata hanya untuk kepentingan politik, ini pun juga akan rugikan partai politiknya,” tambahnya.
Namun, di sisi lain, Kunto mengakui bahwa gaya komunikasi dan citra publik Purbaya membuatnya cocok di mata hampir semua partai.
“Gayanya Purbaya ini memang cocok untuk semua partai karena dia jadi magnet bagi publik... meski kebijakannya sering kontroversial, tapi pada akhirnya berbuah positif,” ujarnya.
Menurut Kunto, langkah PAN mendekati Purbaya juga dilatarbelakangi kebutuhan partai tersebut untuk memulihkan citra mereka di mata publik.
Setelah insiden demo besar-besaran pada Agustus 2025, sejumlah kader PAN seperti Eko Patrio dan Uya Kuya menjadi sasaran kemarahan warga karena dinilai tidak berempati terhadap kesulitan ekonomi masyarakat.
Rumah mereka dijarah setelah insiden berjoget ria di Sidang MPR RI pada 15 Agustus 2025.
Kunto menilai, partai seperti PAN kini tengah menghadapi krisis figur publik yang berintegritas dan berwibawa.
Dengan munculnya sosok seperti Purbaya, partai berharap bisa memperbaiki persepsi masyarakat terhadap mereka.
“PAN sedang berusaha membuat citranya jadi lebih baik dan Purbaya mungkin bisa menolong itu,” kata Kunto.
Selain itu, PAN juga disebut memiliki agenda strategis jangka panjang: mencari figur potensial untuk diusung sebagai calon wakil presiden (Cawapres) 2029, mendampingi Presiden Prabowo Subianto di periode keduanya.
“PAN merasa dia butuh tokoh yang besar selain Zulhas (Zulkifli Hasan)... dan mereka berharap elektabilitas serta kursi DPR-nya naik,” tambah Kunto.
Meski banyak pihak menyanjung dan mencoba mendekati, Purbaya Yudhi Sadewa tetap berpegang pada prinsip profesionalitas.
Ia memilih untuk tidak terseret ke pusaran politik praktis dan fokus pada tugasnya di bidang keuangan negara.
“Beliau adalah profesional di bidang keuangan sekarang memasuki birokrasi untuk mengurusi perbendaharaan negara,” ujar Eddy Soeparno.
Dengan keteguhan sikap tersebut, Purbaya kini dianggap sebagai contoh pejabat publik yang mampu menjaga integritas di tengah godaan politik. (*)

Posting Komentar
Posting Komentar