Pernyataan kontroversial Ahmad Sahroni kembali jadi sorotan setelah melontarkan ucapan “orang tolol sedunia” yang langsung menuai gelombang kritik.
Ia mengucapkan kata-kata tersebut saat memberikan pernyataan terkait pembubaran DPR yang sempat diserukan masyarakat.
Tak hanya publik yang geram, bahkan seorang eks Wakapolri Komjen Pol (Purn), Oegroseno ikut angkat bicara dan menegur keras sikap politikus NasDem itu.
Ucapan tersebut dinilai tak pantas keluar dari sosok pejabat publik yang mestinya jadi teladan, hingga kini berbalik menjadi malapetaka ramai di masyarakat.
Sahroni sempat memberikan klarifikasi terkait ucapannya yang dianggap merendahkan publik soal tanggapannya kepada pihak yang ingin membubarkan DPR.
Ia menegaskan istilah "orang tolol sedunia" bukan ditujukan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Namun kepada pihak yang menilai DPR bisa dengan begitu saja dibubarkan hanya karena isu gaji dan tunjangan anggota dewan.
"Kan gue tidak menyampaikan bahwa masyarakat yang mengatakan bubarkan DPR itu tolol, kan enggak ada," ujar Sahroni seperti dikutip dari Kompas.com.
“Tapi untuk spesifik yang gue sampaikan bahwa bahasa tolol itu bukan pada obyek, yang misalnya ‘itu masyarakat yang mengatakan bubar DPR adalah tolol’. Enggak ada itu bahasa gue,” lanjut dia.
Menurut dia, ucapannya dipahami keliru sehingga kemudian digoreng seolah-olah ditujukan kepada masyarakat.
Sahroni menegaskan, yang disorotinya adalah logika berpikir yang menilai DPR bisa dibubarkan hanya karena isu gaji dan tunjangan anggota.
“Iya, masalah ngomong bubarin pada pokok yang memang sebelumnya adalah ada problem tentang masalah gaji dan tunjangan. Nah, kan itu perlu dijelasin bagaimana itu tunjangan, bagaimana itu tunjangan rumah. Kan perlu penjelasan yang detail dan teknis,” tutur Sahroni.
“Maka itu enggak make sense kalau pembubaran DPR, cuma gara-gara yang tidak dapat informasi lengkap tentang tunjangan-tunjangan itu,” ujar dia.
Ia juga menyinggung sejarah politik Indonesia yang kerap dijadikan rujukan dalam wacana pembubaran DPR.
Misalnya, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah berusaha membubarkan DPR tetapi gagal, sementara Presiden Soekarno berhasil mengeluarkan dekrit pembubaran DPR karena konflik dengan parlemen kala itu. (*)

Posting Komentar
Posting Komentar