Tak hanya Jokowi, para relawannya juga menyebut ada 'orang besar' di balik isu pemakzulan Gibran dan tudingan ijazah palsu.
Silfester Matutina bahkan menyebutkan tujuan dari 'orang besar' tersebut dengan isu pemakzulan Gibran yang terus digaungkan.
Seperti apa pernyataan lengkapnya?
Ketua Organisasi Relawan Solidaritas Indonesia, Silfester Matutina mengungkapkan adanya dugaan keterlibatan mantan petinggi negara dalam gerakan yang menuduh Jokowi menggunakan ijazah palsu dan isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Menurutnya, Roy Suryo dan sejumlah tokoh lainnya hanyalah alat dari kepentingan politik yang lebih besar.
Hal itu disampaikan Silfester usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi pelapor di Polda Metro Jaya, dalam kasus dugaan pencemaran nama baik dan penghasutan terkait tuduhan ijazah palsu Jokowi.
“Saya melihat ini adu domba politik. Setahun setelah kalah Pilpres, belum bisa move on. Roy Suryo Cs hanya pion-pion. Di belakang mereka ada tokoh-tokoh yang ingin Prabowo-Gibran tidak sukses dan dipisahkan,” ujar Silfester kepada wartawan, Kamis (24/7/2025).
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa tokoh-tokoh yang dimaksud merupakan mantan petinggi Republik Indonesia yang memiliki ambisi politik terselubung, termasuk mendorong wacana pemakzulan Jokowi.
“Mereka ingin mengganti kepemimpinan dengan anaknya. Ini mantan-mantan petinggi republik ini,” ungkapnya, meski tidak menyebut nama secara spesifik.
Saat dikonfirmasi lebih lanjut mengenai pihak yang dimaksud berada di balik gerakan tuduhan ijazah palsu, Silfester enggan menyebut siapa tokoh tersebut.
Siapa Silfester Matutina
Silfester Matutina termasuk orang yang turut menghantar Persiden Jokowidodo dan Presiden terpih Prabowo Subianto menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Karena ikut berjuang memenangkan Jokowi dan Prabowo, di akun Instagram-nya, Silfester seakan mempertegas mengenai Prabowo yang akan melanjutkan pembangunan yang sudah dimulai Jokowi.
Silfester Matutina merupakan Ketua Umum Kelompok Relawan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Solidaritas Merah Putih.
Dalam struktur Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum.
Silfester Matutina lahir di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), 19 Juni 1971.
Namanya sempat viral setelah memaki-maki Rocky Gerung.
Video Silfester Matutina ngamuk ramai dibagikan warganet.
Awalnya, Silfester Matutina dan Rocky Gerung hadir dalam sebuah acara televisi.
Dalam program tersebut, Rocky Gerung mengkritik habis kepemimpinan Jokowi.
Rocky Gerung mengatakan, Jokowi sebagai Presiden yang telah melanggar beberapa pasal.
SILFESTER MATUTINA - Silfester Matutina, Ketua Umum Kelompok Relawan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Solidaritas Merah Putih. (kompas.com)
Tak terima dengan penjelasan Rocky Gerung, Silfester Matutina meminta bukti darinya.
"Mana, dia hanya muter-muter nggak bisa bukti, nggak ada ini manusia," ucap relawan Jokowi satu itu.
"Dia hanya manusia pencundang yang sangat merugikan bangsa kita ini dengan kebohongan-kebohongan yang dia lakukan," lanjutnya.
Tampak Silfester Matutina juga beberapa kali menyela Rocky Gerung yang ingin menjelaskan kepadanya.
Setelahnya, Rocky Gerung sempat melontarkan kata "bodoh" ke Silfester yang kemudian dijawab lagi dengan kalimat kasar.
"Kau bodoh kau, bang**at kau," balas Silfester.
Kemudian relawan Jokowi itu terlihat mendekatkan jarak dengan Rocky Gerung sambil membisikkan kata-kata yang tak jelas terdengar.
Jokowi satu suara
Jokowi seolah membenarkan apa yang disampaikan Silfester Matutina.
Meski begitu, Jokowi enggan membeberkan siapa sosok yang dimaksudnya memiliki agenda besar di balik isu pemakzulan dan ijazah palsu.
“Kan saya sudah sampaikan feeling saya mengatakan ada agenda besar politik dalam tuduhan ijazah palsu maupun pemakzulan. Artinya memang ada orang besar ada yang mem-backup. Semua udah tahu lah,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Jumat (25/7/2025).
Sebelumnya ia telah menyebut ada agenda besar di balik dua isu yang terus dihembuskan untuk menyerang ia dan keluarganya tersebut.
“Saya berperasaan memang kelihatannya ada agenda besar politik di balik isu ijazah palsu, pemakzulan,” ungkapnya saat ditemui di kediaman Sumber, Banjarsari, Solo, Senin (14/7/2025) lalu.
Ia pun mengakui ada upaya untuk menurunkan reputasinya akhir-akhir ini.
Termasuk mengaburkan prestasi-prestasi yang ia lakukan selama dua periode memimpin sebagai Presiden RI.
“Perasaan politik saya mengatakan ada agenda besar politik untuk menurunkan reputasi politik untuk men-downgrade,” terangnya.
Meski begitu, ia merasa tak begitu khawatir terkait dengan agenda di balik isu yang menyudutkan dirinya tersebut.
“Buat saya biasa-biasa saja. Termasuk itu (pemakzulan). Isu ijazah palsu, pemakzulan Mas Wapres saya kira ada agenda besar politik,” jelasnya.
Terkait dengan kasus dugaan ijazah palsu yang masih terus bergulir, ia meminta masyarakat mengikuti proses hukum yang sedang berjalan.
“Ini kan dalam proses hukum. Saya baca kemarin sudah dalam proses penyidikan. Ya sudah serahkan kepada proses hukum yang ada. Kemudian nanti kita lihat di sidang yang ada di pengadilan seperti apa,” tuturnya.
KONDISI JOKOWI - Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di rumahnya di Solo, Jawa Tengah (Jumat, 13/6/2025). (KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati)
Roy Suryo Pernah Bantah
Pada bulan Mei 2025 lalu, Pakar telematika Roy Suryo kembali menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menerima bayaran atas keterlibatannya dalam isu dugaan ijazah palsu Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahkan, Roy secara blak-blakan menyatakan siap "digantung di Monas" jika tuduhan tersebut terbukti benar.
"Saya tantang potong kepala atau gantung di Monas kalau bisa nunjukin itu. Mana ada dari luar negeri. Itu benar-benar nyebelin deh," kata Roy dalam wawancara yang diunggah di kanal YouTube.
Pernyataan ini merupakan respons langsung terhadap tudingan mantan Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin, yang menyebut bahwa isu ijazah palsu merupakan "proyek tanpa tender dengan uang gede." Ngabalin menuding kasus ini sudah berlangsung lama dan melibatkan dana besar.
Namun Roy menampik keras tuduhan tersebut.
Ia mengklaim bahwa seluruh aktivitasnya dalam membongkar kasus ijazah Jokowi dilakukan secara mandiri dan tanpa pendanaan dari pihak manapun.
"Kami datang dengan uang kami sendiri, tidak ada biaya sedikit pun. Tidak ada suntikan dana, apalagi dari luar negeri," ujarnya tegas.
Meski menghadapi laporan pidana dari Jokowi di Polda Metro Jaya atas tuduhan pencemaran nama baik dan pelanggaran UU ITE, Roy Suryo tetap santai.
Ia mengatakan tetap menjalani aktivitas sehari-harinya dengan normal dan mengemudi sendiri tanpa pengawalan.
"Saya percaya penuh pada Tuhan. Makanya saya masih santai, nyupir sendiri. Normal kehidupan," ungkapnya.
Bahkan keluarganya, khususnya sang istri, menurut Roy, tetap mendukung penuh langkahnya.
"Istri saya orang yang benar-benar kuat. Alhamdulillah," katanya.
Roy juga menyinggung pepatah yang kerap digunakan dalam politik: "Sing waras ngalah."
Namun ia menolak filosofi itu.
"Saya bilang nggak. Yang waras nggak boleh ngalah, nanti yang edan yang berkuasa. Ini nggak boleh, orang edan berkuasa," tegasnya.
Selain ancaman hukum, Roy juga mengungkapkan adanya upaya teror terhadap dirinya dan rekan-rekannya, baik secara fisik maupun mistis.
Ia menyebut mobil milik koleganya, Rismon, dirusak, dan mengklaim telah menerima teror berbentuk energi negatif.
"Yang namanya 'gelembung Solo' itu terjadi. Tapi saya senyumin aja deh. Yang jahat tetap jahat, yang batil tetap batil," katanya.
Ia bahkan meyakini pelaku teror mulai menunjukkan diri, dengan menyebut adanya tanda-tanda tremor fisik pada orang tersebut.
"Kalau menurut orang-orang, yang udah makan kelihatan tremor," imbuhnya.
Roy menegaskan, jika dirinya atau rekan-rekannya seperti Rismon, Tifauziah, Kurnia, atau Rizal sampai dipenjara atau disingkirkan, akan tetap ada orang lain yang melanjutkan perjuangan mereka.
"Kalaupun sesuatu terjadi pada saya, akan ada Roy lain," pungkasnya. (*)



Posting Komentar
Posting Komentar