infoselebb.my.id: Perjuangan Anak Artis Masuk SD Negeri Singapura, Ibu Sempat Putus Asa, 2 Kali Gagal Akhirnya Lolos - LESTI BILLAR

Perjuangan Anak Artis Masuk SD Negeri Singapura, Ibu Sempat Putus Asa, 2 Kali Gagal Akhirnya Lolos

Posting Komentar

Perjalanan seorang anak artis untuk bisa masuk ke sekolah dasar negeri di Singapura menarik perhatian banyak orang.


Tak seperti yang dibayangkan, proses masuk SD di sana sangat ketat, bahkan bisa disamakan dengan seleksi masuk perguruan tinggi negeri.


Adalah Aisha Aurum, putri dari penyanyi Denada, yang menjalani pengalaman ini. Ia harus melewati berbagai rintangan sebelum akhirnya berhasil diterima di salah satu SD negeri di Singapura. Aisha sempat gagal dua kali sebelum akhirnya lolos pada percobaan ketiganya.


“Dia nyoba sekali, gagal. Kedua kali, gagal lagi,” ujar Denada dalam sebuah wawancara.


“Yang ketiga, Alhamdulillah masuk tahun lalu,” sambungnya.


Denada menjelaskan bahwa ujian masuk SD negeri di Singapura tidaklah mudah. Seleksi dilakukan secara ketat, dengan ribuan peserta yang turut mendaftar.

PERJUANGAN ANAK DENADA SEKOLAH - Denada menjelaskan bahwa ujian masuk SD negeri di Singapura tidaklah mudah. Seleksi dilakukan secara ketat, dengan ribuan peserta yang turut mendaftar. (YouTube Intens Investigasi)

“Kayak UMPTN gitu untuk masuk sekolah negeri di sana,” katanya dikutip dari program FYP Trans7, Kamis (5/6/2025), via Kompas.com.


“Dia bentuknya kayak UMPTN, bener-bener ribuan anak, disaring,” jelas Denada lebih lanjut.


Sebelum mencoba masuk ke sekolah negeri, Aisha sempat menempuh pendidikan di sekolah internasional pada 2021, setelah dokter memberikan izin untuk kembali sekolah pasca-pengobatan.


Namun, Denada mengaku berat menanggung biaya sekolah internasional yang sangat mahal.


“Mahal banget, itu aku udah kayak putus asa,” ucapnya.


“Jadi waktu itu sempet keteteran banget, sampai aku bilang ‘Ya Allah gimana caranya, kayaknya susah,’” tambahnya.


Kini, setelah berhasil masuk sekolah negeri, Denada merasa lebih lega. Selain karena kualitas pendidikan yang baik, biaya sekolahnya juga jauh lebih terjangkau.


“Kalau warga negara (Singapura) cuma 1 dollar Singapura (Rp 12.657) apa berapa,” ungkapnya.


“Foreigner 560 dollar Singapura (Rp 7 juta) per bulan,” lanjut Denada.


Keputusan untuk tetap tinggal dan sekolah di Singapura bukan tanpa alasan. Aisha masih harus menjalani kontrol rutin pasca pengobatan kanker yang pernah dideritanya.


“Mikir praktis, dia masih harus check up,” tutur Denada.


Aisha diketahui mengidap leukemia sejak usia 5,5 tahun. Sejak saat itu, Denada membawanya ke Singapura untuk menjalani pengobatan intensif. Meski telah menyelesaikan tahap akhir kemoterapi pada 2022, Aisha masih dalam tahap remisi—fase pemantauan sebelum bisa dinyatakan sebagai penyintas kanker (survivor).


Sementara itu, proses masuk ke sekolah negeri di Singapura memang dikenal cukup kompleks. Berdasarkan informasi dari situs resmi Kementerian Pendidikan Singapura, sistem seleksi ini dikenal dengan sebutan The Admissions Exercise for International Students (AEIS). Sebelum bisa mendaftar, calon siswa wajib mengikuti Cambridge English Qualifications (CEQ), sebuah tes yang dikelola oleh Cambridge Assessment English (CAE).


Nilai CEQ yang diperoleh harus memenuhi syarat Cambridge English Scale (CES) dan menjadi salah satu dokumen yang dilampirkan saat pendaftaran. Tak hanya itu, siswa juga harus melalui beberapa tahapan ujian lainnya sebelum bisa diterima di sekolah negeri.

Denada kini menjadi instruktur zumba. Ia pernah dibayar Rp35 ribu, Rabu (14/5/2025). (Instagram @denadaindonesia)

Di sisi lain, Denada menceritakan profesi barunya sebagai instruktur zumba.


Ternyata Denada telah melakoni sebagai instruktur zumba selama empat tahun belakangan.


Momen awal ini terjadi saat pandemi menyerang dunia pada 2020 silam.


Kala itu Denada sedang menemani sang anak, Aisyah berobat ke Singapura untuk menyembuhkan penyakit leukimia.


"Waktu itu pandemi aku gak bisa kerja sebagai penyanyi. Akses antar negara dari Singapura ditutup, mau tidak mau aku harus putar otak agar dapat uang," kata Denada yang ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (12/5/2025), dikutip dari Warta Kota.


Denada harus memilih pekerjaan yang selaras dengan bakat dan kemampuannya, agar ia bisa dapat pemasukan dengan cepat.


Akhirnya anak dari mendiang Emilia Contesa ini memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi instruktur zumba.


"Waktu itu mikir aku melakukan pekerjaan yang dibidang aku suka olahraga dan favorit zumba. Olahraga dengan musik, happy happy, joget, dan ada entertaining banget," ucap wanita berusia 46 tahun itu.


"Terus masuk kelas agar dapat sertifikasi. Akhirnya aku dapat dan langsung lah buka kelas zumba anak-anak secara online biar langsung dapat uang," tambahnya.


Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan pun masih ingat berapa bayaran yang ia dapatkan, saat membuka kelas zumba buat anak-anak secara online, yang diikuti oleh anak dari berbagai dunia termasuk Indonesia.


"Waktu itu aku ingat nya per member atau per orang itu Rp 35 ribu bayarnya," ungkapnya.Karena kelasnya ramai diikuti anak-anak, mantan istri Jerry Aurum ini pun mengambil sertifikat untuk bisa mengajar kelas dewasa. 


Alhasil, setiap Sabtu dan Minggu dirinya full mengajar zumba.


"Jadi dari Singapura mengajar zumba secara daring aja. Alhamdulillah dapat banyak kesempatan dari sini walaupun orang tua sempat mempertanyakan ke aku, yakin atau tidak karena memulai dari nol," jelasnya.


"Cuma aku meminta doa ke almarhumah ibu aku, supaya bisa berjalan lancar. Dan alhamdulillah sampai sekarang," tambahnya.


Denada mengakui keberhasilannya menjadi instruktur zumba semua berkat doa dari mendiang ibunya, dan juga karena doa dari sang anak, Aisyah.


"Ya itu semua pertolongan allah sampai akhirnya punya studio olahraga di Jakarta Selatan. Ya sekarang kerjaanku musisi dan instruktur zumba," ujar Denada.


Artikel ini diolah dari TribunJatim.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter