Niat bantu keluarga korban ledakan di Garut, Dedi Mulyadi justru disemprot warga.
Usai tragedi ledakan amunisi yang menewaskan 13 orang, 9 diantaranya adalah warga sipil, Dedi Mulyadi beri sejumlah bantuan bagi keluarga korban di Garut.
Namun sayangnya saat Dedi Mulyadi berbicara dengan keluarga korban, justru ada yang menyemprot Gubernur Jawa Barat tersebut.
Berawal dari seorang anak dari korban menegaskan bahwa ayahnya ke lokasi kejadian bukan untuk mulung serpihan amunisi.
"Saya perwakilan bapak saya. Saya minta pertanggungjawaban. Karena bapak saya di situ bukan seperti yang orang pikirin, bapak saya bukan mulung. Bapak saya kerja sama tentara," katanya kepada Dedi Mulyadi.
Sembari menangis ia bercerita, ayahnya bekerja pada TNI AD sudah lama.
"Saya tahu dari zaman saya sekolah. Sudah lama. Sudah kemana-mana, udah ke Manado, Makassar, ke Bali, ke Jakarta, Mabes TNI," katanya.
KDM menyimpulkan bahwa ayah dari anak tersebut menjadi korban kecelakaan kerja.
"Posisinya sudah bekerja. Kategori sedang melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan kerja," kata Dedi.
Sang anak membantah bahwa ayahnya ke lokasi pemusnahan amunisi dengan cara melawan TNI.
"Katanya banyak yang bilang bapak saya ke situ nyelonong ngelawan TNI, itu gak," kata anak.
"Kayak orang lagi nyangkul kepancong, orang lagi melaut tenggelam, orang lagi nyetir tabrakan. Termausk kategorinya kecelakaan kerja," katanya.
Hadir pula anak dari korban bernama Anwar.
Dedi Mulyadi pun mengangkatnya sebagai anak asuh.
"Berarti ini anaknya. Berarti yatim sekarang ? ya udah kamu jadi anak asuh saya. Kamu sampai kuliah aku urus," kata KDM.
"Seluruh anak dari korban sampai perguruan tinggi saya yang urus," tambahnya.
Selain itu Dedi Mulyadi juga memberikan bantuan uang Rp 50 juta bagi keluarga korban.
"Dan saya menyampaikan satu keluarga Rp 50 juta yah. Ada berapa sih semuanya ? Saya sampaikan uangnya hari ini ke keluar," katanya.
Lalu mendadak dari arah belakang ada suara yang bertanya soal cara penyaluran bantuan tersebut.
"Ini penyampaiannya secara langsung apa gimana pak ?" tanyanya.
Rupanya pertanyaan itu langsung mengusik Dedi Mulyadi.
KDM sontak langsung menyemprot orang tersebut.
"Jangan nanya gitu atuh itu mah urusan saya. Jangan nanya yang aneh-aneh, iya kan. Saya sampaikan Rp 50 juta. Ya langsung ke keluarganya. Masa dikasih ke orang lain," kata Dedi.
Dedi Mulyadi menjamin biaya sekolah dari anak korban ledakan Garut.
"Seluruh anak dari keluarga korban itu biaya hidup dan sekolah sampai kuliah itu saya tanggung jhawab. Jadi tanggungan saya," katanya.
Ia mengatakan kehidupan anak yang ditinggalkan korban ledakan Garut menjadi tanggung jawab Gubernur Jabar.
"Yang penting sekarang kan kalau yang meninggal gak bisa balik lagi, yang harus diurus kita, yang meninggal kan diurusnya sampai dikubur, tradisi NU tahlilan sampai 100 hari. Tugas gubernur bukan ngurusin yang dikuburnya, karena sudah ada yang bisa ngurus. Tugas gubernur ngurusin anak-anak yang ditinggalkan agar tidak terlantar pendidikannya, kehidupannya, seluruh anak yang belum berkeluarga semua jadi tanggung jawab saya," kata Dedi Mulyadi.
Menurutnya tragedi maut ini sudah menjadi musibah dan resiko pekerjaan.
"Musibah ini sudah terjaid karena bekerja di situ dan itu bagian dari resiko pekerjaan yang mungkin harus ditanggung yah. Mudah-mudahan peristiwa ini tidak terjadi lagi," kata Dedi Mulyadi.
Kini Dedi juga akan mengupayakan agar seluruh korban mendapat bantuan sesuai masa kerjanya.
"Nanti saya data yah lama bekerjanya mereka berapa yah. Mudah-mudahan ada soslusi untuk lamanya bekerja. Kalau sekarang cuma sekadar untuk bagaiaman hari ini selesai untuk urusan pengurusan mayat," kata Dedi Mulyadi.
Nama warga yang tewas :
Agus Bin Kasmin,
Ipan Bin Obur,
Anwar Bin Inon,
Iyus Ibing Bin Inon,
Iyus Rizal Bin Saepuloh,
Toto,
Dadang,
Rustiwan,
Endang.
Daftar anggota TNI yang tewas :
1. Kepala Gudang Pusat Munisi III Puspalad, Kolonel Cpl Antonius Hermawan, menjabat sebagai
2. Kepala Seksi Administrasi Pergudangan Gudang Pusmun III, Mayor Cpl Anda Rohanda,
3. Personel Gudang Pusmun III, Koptu Eri
4. Anggota Gudang Pusmun III Pusat Peralatan TNI AD, Pratu Afrio Setiawan. (*)
Posting Komentar
Posting Komentar