infoselebb.my.id: Muncul Julukan Mulyono Jilid II, Imbas Gaya Kepemimpinan Jokowi vs Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Mirip - LESTI BILLAR

Muncul Julukan Mulyono Jilid II, Imbas Gaya Kepemimpinan Jokowi vs Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Mirip

Posting Komentar

Heboh muncul julukan Mulyono jilid dua, lantaran gaya kepemimpinan Jokowi vs Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dinilai mirip. 


Selama menjabat sebagai Presiden RI, Jokowi dikenal dengan sebutan atau julukan Mulyono. 


Pasalnya, Mulyono merupakan nama kecil dari Joko Widodo atau Jokowi.


Sedikit kilas balik, nama tersebut trending di media sosial ketika hangatnya aksi kawal putusan MK terkait Pilkada.


Setelah ditelusuri, nama 'Mulyono' ini sepertinya merujuk kepada sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Alasannya cukup menarik, yakni karena nama 'Mulyono' sendiri disebut-sebut menjadi nama asli dari Jokowi. 


Diolah dari berbagai sumber, Jumat (30/8/2024), Joko Widodo lahir di Solo pada 21 Juni 1961.


Ia adalah putra dari pasangan Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi.


Saat lahir, awalnya dia tidak diberi nama langsung sebagai Joko Widodo, tetapi Mulyono. 


Dalam bahasa Jawa, Mulyono dimaknai dengan arti mulia.


Namun, karena sering sakit-sakitan, orang tuanya memutuskan untuk mengganti nama buah hatinya menjadi Joko Widodo.


Adapun maknanya adalah anak laki-laki yang selamat dan sejahtera.


Seiring waktu berjalan, nama Joko Widodo (Jokowi) telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dan Internasional.


Terpilih sebagai Presiden ke-7 RI, Jokowi menjabat selama dua periode, yakni 2014-2019 dan 2019-2024.


Selama ini Jokowi meraih popularitas karena gaya blusukannya hingga bisa menaiki anak tangga pimpinan eksekutif, dari Wali Kota Solo, Gubernur Jakarta hingga Presiden Indonesia dua periode (2014-2024).


Kini Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi ramai dijuluki Mulyono jilid II hingga Jokowinya Sunda.


Bukan tanpa alasan, aksi Dedi itu dihubung-hubungkan dengan gaya politik Jokowi yang juga sering turun ke masyarakat, karib dengan sebutan blusukan.


Berkat gaya kepemimpinan yang dianggap mirip itulah Dedi Mulyadi dijuluki sebagai Mulyono Jilid II. 


Namun, pengamat politik Burhanuddin Muhtadi melihat perbedaan telak antara Dedi Mulyadi dan Jokowi.


"Sebenarnya kalau menyebut seorang KDM (Kang Dedi Mulyadi) versi lain dari Jokowi, Jokowi versi 2.0 itu enggak seluruhnya benar juga sih," kata Burhan, sapaan karib sang pengamat, saat bicara di program On Point with Adisty, Youtube Kompas TV, tayang Sabtu (10/5/2025).


Menurut Burhan, Dedi Mulyadi sangat artikulatif, sedangkan Jokowi tidak.


Seorang Dedi Mulyadi bisa menghadapi masalah dengan berdialog, diskusi hingga berdebat.


Burhan menyontohkan salah satu peristiwa yang membuat nama Dedi Mulyadi populer di Purwakarta.


Saat itu dia menjabat Anggota DPRD Purwakarta (1999-2004).


Setelahnya, ia menjadi Wakil Bupati dan Bupati Purwakarta.


"Kalau kita lihat jejaknya KDM ini, misalnya waktu dia menjadi anggota DPRD Purwakarta, waktu itu Purwakarta penuh dengan demo buruh."


"Ketika koleganya dari anggota DPRD Purwakarta tidak mau menemui demo-demo buruh, dia temuin. Ramai terjadi perdebatan sangat sengit gitu ya, tetapi setelah demo itu dia justru populer karena berani mendebat dan sekaligus mengajak dialog mereka yang kontrak."


"Setelah itu dia maju sebagai kepala daerah kan dan sukses," papar Burhan.


Burhan menegaskan, seorang Jokowi tidak bisa seperti Dedi Mulyadi dalam hal berdialog seperti peristiwa dengan buruh itu.


"Sesuatu yang kalau kita bayangkan seorang Pak Jokowi agak beda. Pak Jokowi itu kan lebih banyak senyum, kalau ditanya, 'Ya kok tanya saya' gitu ka," kata Burhan.


Sebaliknya, kata Burhan, Dedi Mulyadi juga tidak mungkin bersikap seperti Jokowi yang sedikit bicara.


"Itu enggak mungkin pernyataan itu keluar dari KDM. KDM pasti menjawab," jelasnya.


Salah satu faktor perbedaan Dedi Mulyadi dengan Jokowi adalah latar aktivismenya di kampus.


"Karena latar belakangnya juga beda kan. Pak Jokowi latar belakang aktivismenya waktu mahasiswa di mapala, KDM aktivis murni ini, dia aktivis di HMI, aktif di organisasi kemudaan," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia.


Dobrak Sekat Politik


Burhanuddin juga melihat sosok Dedi Mulyadi adalah politikus yang mendobrak sekat politik nasional.


Di antara sekat itu adalah bagaimana Jakarta selalu menjadi sorotan utama, sehingga gubernurnya memiliki peluang besar berkiprah di level Pilpres.


Begitupun dari sudut etnik, biasanya tokoh yang menjadi capres ataupun cawapres datang dari etnis Jawa karena jumlahnya yang besar.


Sedangkan Dedi Mulyadi adalah seorang Sunda, yang menjadi pemimpin di Jawa Barat.


Burhanuddin mengatakan, dengan segala identitas yang melekat, menurutnya, Dedi Mulyadi merupakan kepala daerah paling populer saat ini.


"Hari ini tidak ada kepala daerah gubernur atau bupati yang mengalahkan popularitasnya KDM (Kang Dedi Mulyadi)," kata Burhanuddin di program On Point with Adisty, Youtube Kompas TV, tayang Sabtu (10/5/2025).


"Ini saya ngomong sebagai pollster ya. Artinya bobotnya secara akademik bisa saya pertanggungjawabkan," imbuhnya.


Burhanuddin pun memaparkan soal dasar argumennya terkait Dedi Mulyadi yang sukses menggeser Jakarta dari sorotan nasional.


"Biasanya popularitas kepala daerah itu bermula di Jakarta Kenapa Karena Jakarta adalah pusatnya pemerintahan, pusatnya informasi, pusatnya opinion maker."


"Itu yang menjelaskan naiknya seorang Jokowi. Itu yang menjelaskan naiknya seorang Anies Baswedan. Ya Tetapi sekarang justru dibalik ke Jawa Barat."


"Dedi Mulyadi mendobrak itu," papar Burhanuddin.


Soal etnik, Burhanuddin juga menyebut sejumlah nama politikus yang bersinar berasal dari Jawa. Menurutnya, Dedi Mulyadi sudah bisa bersanding dengan nama-nama tersebut.


"Menarik pula untuk kita lihat biasanya kepala daerah yang populer itu yang punya latar belakang etnik Jawa. Jokowi, Ganjar Pranowo, Anies meskipun kita tahu tidak sepenuhnya Jawa, tetapi besar di Jogja ya."


"Ini Sunda gitu kan, etnik terbesar kedua memang tetapi selisihnya dibanding etnik Jawa dari sisi persentase kan jauh."


"Jadi ada banyak terobosan-terobosan yang diciptakan oleh KDM dengan segala kontroversinya," kata Burhanuddin. (*)

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter