infoselebb.my.id: Apa Itu Autoimun dan Hiperkortisolisme? Wajah dan Leher Jokowi Disorot Karena Banyak Bercak Hitam - LESTI BILLAR

Apa Itu Autoimun dan Hiperkortisolisme? Wajah dan Leher Jokowi Disorot Karena Banyak Bercak Hitam

Posting Komentar

Wajah mantan Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi, ramai diperbincangkan publik karena terlihat berbeda dari biasanya.


Dalam sebuah video yang memperlihatkan Jokowi menanggapi hasil survei terkait dugaan ijazah palsunya, tampak bercak atau flek hitam di wajah dan lehernya.


Penampakan tersebut sontak menarik perhatian berbagai pihak.


Potongan video wawancara itu pun dibagikan ulang di berbagai platform media sosial. Salah satunya oleh Dokter Tifa, yang selama ini dikenal vokal mempertanyakan keabsahan ijazah Jokowi.


"Pak Jokowi kok seperti kena Autoimun?

Wajah dan leher tiba-tiba penuh melasma atau bercak-bercak hitam.

Dan tiba-tiba juga alopecia berat, rambut rontok mendadak di dahi, ubun-ubun, belakang kepala.

Autoimun atau Hiperkortisolisme?

Dokter pribadi perlu meresepkan Anti-depresan, deh.

Kasihan, beban berbohong 10 tahun, ngga kebayang rasanya,"

tulis akun X Dokter Tifa.


Cuitan tersebut hingga kini telah ditonton lebih dari 736 ribu kali dan menuai ribuan komentar dari warganet.


Beberapa komentar yang muncul di antaranya:


"O iya, kita semua termasuk anda klu sudah tua akan mengalami apa yg anda sampaikan," tulis akun Chadell.


"Ilmu kanuragan sdh luntur.... tdk ada yg bisa ditumbalkan krn sdh tdk berkuasa...

Dulu banyak yg meninggal dijamannya berkuasa:


Ratusan anggota KPPS,


6 syuhada FPI,


Tragedi Kanjuruhan ratusan org,


Korban Demo Pemilu 2019,

5., 6., 7. Isi sendiri yg tau kejadiannya," tambah akun @ottttoedy.


"Beliau sudah berusaha untuk berobat tapi penyakit tersebut blom ada obatnya bu dokter.

Mungkin bu dokter ada solusi?" tulis akun @oconboy.


Namun demikian, hingga saat ini belum ada pernyataan reski dari Jokowi terkait kondisi wajah dan lehernya tersebut.


Lantas, apa sebenarnya Autoimun dan Hiperkortisolisme?


Penyakit Autoimun


Melansir laman Alodokter, penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun. Beberapa penyakit di antaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam.


Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.


Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing. Akibatnya, antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.


Penyebab Penyakit Autoimun


Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit autoimun, yaitu:


Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga

Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr

Terkena paparan bahan kimia, seperti asbes, merkuri, dioksin, atau pestisida

Merokok

Memiliki berat badan berlebih atau obesitas

Gejala Penyakit Autoimun

Beberapa jenis penyakit autoimun memiliki gejala awal yang sama, seperti:


Sering merasa lemas

Otot pegal atau nyeri sendi

Ruam kulit

Demam yang hilang timbul

Bengkak di sendi atau wajah

Rambut rontok

Sulit konsentrasi

Kesemutan di tangan atau kaki

Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe 1 yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun drastis.


Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit autoimun dan gejalanya:


Lupus

Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak di tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.

Penyakit Graves

Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa berat badan menurun secara tiba-tiba, mata menonjol (eksoftalmus), rambut rontok, jantung berdebar, gelisah, dan insomnia.

Psoriasis

Penyakit ini dapat dikenali dengan munculnya bercak merah yang tebal dan bersisik.

Multiple sclerosis

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi mati rasa di salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.

Myasthenia gravis

Gejala yang dapat dialami akibat myasthenia gravis adalah kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.

Tiroiditis Hashimoto

Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik secara tiba-tiba, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, lemas, mengantuk, rambut rontok, menstruasi yang tidak teratur, dan sulit berkonsentrasi.

Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease

Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah sakit perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan penurunan berat badan.

Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak di sendi, terutama sendi jari-jari tangan.

Sindrom Guillain Barré

Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemah otot, kesemutan, lemas, dan gangguan keseimbangan, yang jika kondisinya makin parah bisa berkembang menjadi kelumpuhan.

Vaskulitis

Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, berat badan menurun secara tiba-tiba, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.

Myositis

Myositis dapat ditandai dengan nyeri otot, kelemahan otot di seluruh tubuh,serta kesulitan beraktivitas, termasuk untuk bangun dari posisi duduk atau tidur dan bahkan menelan makanan. Salah satu tipe myosistis, yaitu dermatomiositis, juga menyebabkan gejala ruam merah, sisik, dan benjolan pada kulit.

Hiperkortisolisme


Sementara itu, melansir laman Hello Sehat, hiperkortisolisme adalah sekumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan hormon kortisol dalam tubuh. 


Kortisol sendiri merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kortisol memiliki berbagai fungsi penting seperti mengatur kadar gula darah, mengurangi peradangan, serta mengontrol tekanan darah.


Kadar kortisol yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, osteoporosis, hingga diabetes tipe 2.


Untungnya, hiperkortisolisme dapat disembuhkan dengan pengobatan atau perubahan gaya hidup. Biasanya, dibutuhkan waktu selama 2 – 18 bulan untuk pulih setelah pengobatan.


Tanda dan gejala Cushing syndrome dapat berbeda-beda pada masing-masing orang. Tingkat keparahan dan durasi gejalanya pun bervariasi.


Namun, berikut ini beberapa gejala utama sindrom Cushing yang kerap dialami.


Peningkatan berat badan.

Lengan atau tungkai yang kurus.

Wajah bulat.

Peningkatan lemak di sekitar pangkal leher.

Munculnya punuk berlemak di antara bahu.

Mudah mengalami memar.

Stretch mark berwarna ungu yang muncul di perut, payudara, pinggul, dan lengan bawah.

Otot yang lemah. 

Anak-anak dengan kondisi ini biasanya mengalami obesitas dan memiliki angka pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain.


Sementara itu, wanita yang mengalami sindrom Cushing mungkin memiliki rambut berlebih pada wajah, leher, dada, perut, dan paha. Periode menstruasi pun menjadi tidak teratur atau bahkan terhenti. 


Pria dengan kondisi ini mungkin mengalami penurunan kesuburan dan minat seks serta disfungsi ereksi. 


Namun demikian, hingga saat ini belum ada pernyataan reski dari Jokowi terkait kondisi wajah dan lehernya tersebut. (*)

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter