Ashanty melakukan puasa 100 jam penuh dan mengaku banyak manfaat kesehatan yang didapat. (Foto: Instagram)
Artis Ashanty nekad puasa 100 jam penuh demi mendapatkan kesehatan yang lebih prima. Bonusnya, tubuh istri Anang Hermansyah itu kini lebih kurus dan wajahnya tidak terlihat bengkak lagi.
Ashanty menjelaskan, dirinya berani melakukan puasa 100 jam karena riset yang dia lakukan sendiri. Tak hanya membaca buku dan jurnal, dia pun mencari informasi soal 'prolonged fasting' ini dari dokter dan beberapa video yang ditontonnya.
Lantas, apa yang dirasakan Ashanty berpuasa 100 jam penuh? Ini penuturan dia selengkapnya.
Kondisi Terkini Ashanty Jalani Puasa 100 Jam Penuh
Ashanty cerita kalau dirinya selama menjalani puasa 100 jam tidak merasa kelaparan sama sekali. Bahkan, dia merasa tubuhnya lebih sehat dan fungsi tubuh bekerja lebih optimal.
"Alhamdulillah banget aku merasa badan aku lebih sehat dibandingkan aku yang dulu," kata Ashanty dalam video Instagram @ashanty_ash, dikutip Minggu (20/4/2025).
Dia melanjutkan, "Aku gak laper, karena sel-sel mengambil sisa-sisa cadangan makanan yang dimiliki tubuh, jadi aku tidak merasa lapar atau pun lemas."
Artis berusia 41 tahun itu tak menampik terjadi perubahan dalam badannya selama berpuasa 100 jam. Dirinya merasa tidak nyaman melakukan aktivitas yang terlalu berat, tapi selebihnya aman-aman saja.
"Kalau beraktivitas yang agak berat, aku kayaknya gak nyaman. Ya, kondisi gak makan gini pasti ada gak enaknya, gak mungkin dibilang enak terus. Tapi bukan kelaparan. Aku masih bisa jalan, masih bisa belajar, ibadah juga," paparnya.
Bahkan, Ashanty mengatakan selama menjalani puasa panjang ini otaknya bekerja lebih optimal. Dirinya jadi lebih jarang mengalami 'brain fog'. Ini diperlukannya agar proses belajar di kampung bisa lebih maksimal.
Tak hanya itu, wajahnya pun dirasa lebih tirus dengan berpuasa. Ya, Ashanty mengaku kurang percaya diri ketika mukanya terlihat 'tembem' atau 'bengkak'. Dia ternyata membaca komentar dari netizen dan itu menjadi salah satu pemantik dirinya melakukan puasa dengan durasi panjang.
"Tapi, dengan berpuasa ini, Alhamdulillah muka aku udah kempes lagi, aku jadi bersyukur banget. Jadi, aku ngerasa lebih sehat sekarang," katanya.
Viral Ashanty Nekad Puasa 100 Jam Penuh, Begini Kondisinya Sekarang
Pengertian Prolonged Fasting dan Manfaatnya
Prolonged fasting yang dijalani Ashanty terbukti membawa dampak positif bagi kesehatan manusia. Tak hanya membantu proses menurunkan berat badan, tapi juga memaksimalkan fungsi organ tubuh manusia.
Dalam laporan yang diterbitkan di National Library of Medicine, puasa berkepanjangan (prolonged fasting) dikerjakan umumnya dalam durasi 5 hingga 20 hari. Dengan durasi tersebut, tubuh menghasilkan peningkatan keton dan terjadi penurunan berat badan ringan hingga sedang sebesar 2 hingga 10 persen.
"Sekitar dua per tiga dari berat badan yang hilang adalah massa ramping, dan sepertiganya adalah massa lemak. Kehilangan massa ramping yang berlebihan menunjukkan bahwa puasa berkepanjangan dapat meningkatkan pemecahan protein otot," ungkap laporan tersebut.
Lalu, manfaat lainnya adalah tekanan darah sistolik dan diastolik secara konsisten menurun dengan puasa berkepanjangan. Namun, dampak protokol ini pada lipid plasma kurang jelas.
Sementara beberapa uji coba menunjukkan penurunan kolesterol LDL dan trigliserida, yang lain tidak menunjukkan manfaat. Mengenai kontrol glikemik, penurunan glukosa puasa, insulin puasa, resistensi insulin, dan hemoglobin terglikasi (HbA1c) dicatat pada orang dewasa dengan normoglikemia.
"Sebaliknya, faktor-faktor glukoregulasi ini tetap tidak berubah pada pasien dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2," tambah laporannya.
Efek dari pemberian makanan kembali juga diperiksa dalam beberapa uji coba. Didapat bahwa tiga hingga empat bulan setelah puasa selesai, semua manfaat metabolik tidak lagi diamati, bahkan ketika penurunan berat badan dipertahankan.
Mengenai efek samping, asidosis metabolik, sakit kepala, insomnia, dan rasa lapar diamati dalam beberapa penelitian. Singkatnya, puasa yang berkepanjangan tampaknya merupakan terapi diet yang cukup aman yang dapat menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan secara klinis (>5%) selama beberapa hari atau minggu.
"Namun, kemampuan protokol ini untuk menghasilkan perbaikan berkelanjutan dalam penanda metabolik memerlukan penyelidikan lebih lanjut," ungkap laporannya.
Ashanty melakukan prolonged fasting dengan tetap mengonsumsi cairan. Jadi, dirinya hanya makan di awal sebelum puasa dimulai. Lalu, selama 100 jam puasa, dirinya mengonsumsi air putih, teh (green tea), dan kopi hitam. Semua cairan tersebut diperhatikan kalorinya dan tidak mengandung gula sama sekali. (*)
Posting Komentar
Posting Komentar